Cerita Kakek loper Koran Saat Pandemi Covid-19

Cerita Kakek loper Koran Saat Pandemi Covid-19 Salam (62) Loper koran Pasuruan. Foto Novan Arianto

Kabarwarta.id - Cerita Kakek loper Koran Saat Pandemi, 20 Puluh Tahun Menempuh Jarak Kiloan Meter Dengan Mengayuh Sepeda.

Salam, menurutnya. Usianya kini kurang lebih 60 tahun, sambil ia mengingat - ingat berapa usianya. Kakek loper koran ini sudah 20 tahun bekerja sebagai loper koran.

Sejak 20 tahun yang lalu, Salam memutuskan untuk menjadi loper koran disaat prospek pembaca masih besar. Tak hanya yang berlangganan.

"Dulu  pembeli koran eceran atau pembaca koran non - abonomen masih banyak, kini hanya bisa menjual 10 eksemplar per hari diluar abonomen atau bahkan tidak ada sama sekali," kata Salam (22/8/21).

Jika dulu, ia mendapat tambahan penghasilan dari koran eceran, kini tumpuhan utama penghasilanya hanya dari gaji bulanan mengantarkan koran berlangganan atau tabloid yang terbit satu hingga dua kali setiap bulan, namun jumlah tersebut menurun drastis hingga 50 % seiring semakin banyak orang yang memiliki telpon pintar, lebih cepat mengkases informasi sehingga menurunkan minat baca media cetak.

Salam mengatakan, jika dulu jumlah pelanggan abonomen mencapai lebih 100 an orang, kini tinggal separuhnya saja dan mayoritas merupakan instansi, kantor pemerintahan, swasta dan orang - orang tertentu saja. Ditambah kondisi pandemi, banyak pelanggan hingga seperempatnya berhenti berlanggana terutama pelanggan tabloid.

Sebelum pandemi ia bisa mengantongi komisi 50 ribu rupiah per bulan dari jumlah tagihan sebesar Rp 1.200.000  rupiah diluar gaji meloper koran.

"Pelanggan koran ditengah pandemi ini berkurang hingga seperempatnya. Mungkin setelah pandemi ini mereka berlangganan lagi. " Ujar Salam.

Gaji pokoknya sebelum pandemi bisa mencapai Rp. 310.000  rupiah. Saat ini, ia hanya menerima Rp. 250.000 per bulan.

Banyak pelanggan yang kian sedikit dimasa pandemi terus berkurang, berhenti berlangganan karena menurutnya tidak ada pemasukan yang dapat digunakan untuk membayar abonomen.

Menurutnya, gaji kecil tidak masalah dan tetap ia lakoni yang terpenting uang tersebut bisa untuk membeli beras dan jika ada rezeki lebih dibelikan lauk pauk.

Bagi salam yang terpenting setiap bulan bisa membeli beras meskipun tak dapat membeli barang - barang mewah dan keluarganya selama ini menerima apapun kondisinya.

"Bagi saya sendiri yang penting dapat, berkah. Tidak punya hutang. Hanya saya tidak bisa membeli barang - barang yang mahal yang penting bisa makan," terang Dia.

Ia bersyukur, terlebih lagi saat ini, ia menerima bantuan Covid-19 dari pemerintah sebesar Rp. 300.000 dapat ia belikan beras untuk kebutuhan sehari - hari.

Selepas sholat subuh hampir setiap hari, ia sudah harus berangkat mengayuh sepeda mengantarkan koran kepada pelangganya dengan menempuh jarah puluhan kilo meter yang tersebar dari Kecamatan Rejoso hingga sekitar Kota Pasuruan.

Sebagai loper koran, ia tak pernah libur kecuali sakit atau hari raya Idul Fitri libur selama 2 hari.

Kalau saya sakit terpaksa yang meloper bosnya sendiri," pungkas Salam.

Disaat ada acara keluargapun, Salam wajib meloper terlebih dahulu sebelum melanjutkan aktifitas lainya.(Av)