Pasuruan, kabarwarta.id - Kontroversi isu adanya isi tabung LPG bersubsidi kemasan 3 kilogram berkurang versi aktivis dan Hiswana Migas berbeda pendapat terkait hal ini.
Salah satu lembaga perlindungan konsumen dan pelaku usaha di Kabupaten Pasuruan menuturkan bahwa dia mendapatkan penjelasan dari Pt Pertamina bahwa saat pengisian di SPBE tabung dan isinya terkontrol secara otomatis oleh mesin dan timbangan.
"Kalau belum berisi tiga klogram di sistemnya tabung belum bisa dilepas saat pengisian LPG di SPBE," tutur Edy saat dikonfirmasi, selasa (28/5/24).
Ia menjelaskan, bahwa isi tabung LPG 3 kilogram berkurang bisa saja terjadi karena adanya oknum agen atau pangkalan yang nakal dan bisa jadi pelaku kejahatan yang merubah LPG bersubsidi menjadi non subsidi.
"Info yang kami terima saat ini pihak kepolisian melalui unit ekonomi sudah turun bersama Disperindag untuk melakukan pengecekan di beberapa pangkalan atau toko kelontong yang menjual LPG bersubsidi kemasan 3 kilogram ini," sambungnya.
Di lain tempat, Koordinator Hiswana Migas Malang raya selaku kumpulan pelaku usaha LPG bersubsidi mengungkapkan bahwa hal tersebut belum ada laporan resmi dan pihaknya juga tengah memperdalam informasi tersebut.
Namun ia menyebutkan memang berita tentang adanya pengurangan isi tabung LPG bersubsidi kemasan 3 kilogram benar adanya, namun menurutnya itu tetjadi di wilayah Jawa Barat dan pihak Pt Pertamina langsung turun mengeceknya.
"Belum ada laporan tetkait hal ini. Namun memang beberapa waktu yang lalu ditemukan isi tabung LPG bersubsidi kemasan 3 kilogram di daerah Jawa barat yang berkurang dan langsung ditindaklanjuti oleh Pt Pertamina," Kata Dwi Hardono selaku koordinator Hiswana Migas Malang raya.
Sebelumnya, isu terkait LPG bersubsidi yang berkurang isinya santer dibahas oleh beberapa NGO di Wag dan mereka mengungkapkan hal ini berdasarkan laporan dari masyarakat.
"Ada laporan dari masyarakat tabung LPG 3 kilogramnya cepat habis dan disinyalir isinya berkurang," Ujar salah satu ketua LSM.
Hal ini menurut salah satu NGO bisa saja terjadi permainan seperti bisnis minyak tanah yang dipermainkan beberapa oknum pemasuk ke pangkalan. "Ini bisa jadi permainan seperti bisnis minyak tanah sebelum ada LPG," Katanya.
Dalam kasus ini, Sejauh ini belum ditemukan kepastian adanya timbangan LPG yang berkurang secara falid. Namun menurut Dwi pihaknya akan melakukan koordinasi terkait informasi dengan pihak Pertamina dan NGO serta masyarakat selaku konsumen LPG yang dikenal dengan sebutan si Melon.(dyt)