Pendidikan Dan Pandemi Korona: Ilmu Atau Sehat ?

Pendidikan Dan Pandemi Korona: Ilmu Atau Sehat ? Penulis : Bagus Dwi Kurniawan

kabarwarta.id - Pendidikan Dan Pandemi Korona: Ilmu Atau Sehat?

Penulis : Bagus Dwi Kurniawan (Mahasiswa Fisip Sosiologi Unmuh Malang)

Salah satu aspek yang sangat terdampak akibat pandemi COVID-19 adalah pendidikan. kita tak bisa memungkiri itu. Mulai dari tingkat PAUD, hingga ke perguruan tinggi, semua terdampak, tanpa terkecuali, baik itu tenaga pengajar, murid dan mahasiswa hingga ke orang tua murid. Salah satu hal yang benar -benar berubah adalah, dari metode pengajaran yang kini di berikan dari guru kepada murid secara online, baik itu melalui aplikasi seperti, Whatsapp, Line, hingga ke aplikasi video conference seperti, Zoom maupun Google Duo.

Lalu, seiring berjalannya waktu timbul berbagai permasalahan terkait metode pembelajaran online tersebut, yaitu, tentang tidak meratanya sarana dan prasarana internet di daerah. Terlalu besar dan dalam jurang yang membedakan kualitas akses internet di kota-kota besar dan desa-desa terpencil di seluruh Indonesia.

Jika merujuk pada data pemerintah pada tahun 2019 lalu, jumlah desa yang memiliki akses internet buruk bahkan hingga tanpa akses internet sama sekali mencapai 15.000 desa. Jumlah tersebut merupakan separuh dari jumlah desa tertinggal yang dicatat pemerintah pusat. Sebegitu banyaknya desa yang menjadi blankspot di Indonesia ini ,sehingga, menjadikan proses belajar mengajar di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) tersebut menjadi tidak efektif.

Banyak mater - materi pembelajaran yang tidak bisa tersampaikan secara baik, atau bahkan tak tersampaikan sama sakali. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut selain sarana internet yang belum memadahi, yaitu, adalah kegagapan masyarakat dalam menggunakan teknologi.

Banyak masyarakat yang tak mampu untuk dengan bijak menggunakan teknologi yang ada dalam genggaman mereka. Sehingga berdampak pada kurangnya produktifitas mereka selama belajar atau bekerja dari rumah.

Kembali pada persoalan mengenai akses internet yang buruk. Banyak sekali mahasiswa yang berkuliah di kampus-kampus yang berada di kota-kota besar dan selama pandemi ini akhirnya memilih untuk kembali ke kampung halamannya. Tentu saat mereka berada di kampung tetap harus mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti yang telah ditetapkan kampus mereka masing-masing. Dan, solusi untuk perkuliahan tatap muka adalah dengan menggunakan aplikasi Zoom.

Dari sini mulai timbul berbagai permasalahan yang akhirnya dialami oleh para mahasiswa yang tinggal di pedesaan yang ternyata memiliki akses internet sangat buruk. bahkan, sinyal provider pun tak bisa menjangkau daerahnya (blankspot) hingga akhirnya mereka harus berjalan keluar dari desa untuk mencari sinyal tentu dengan risiko membahayakan diri mereka yang berpergian keluar disaat pandemi seperti ini.

Resiko tertular dan menjadi carrier bagi keluarga mereka dirumah. Ironis memang, mereka dibuat bimbang dengan keputusan yang mesti mereka ambil, keluar untuk belajar dengan risiko terpapar corona, atau diam di rumah dan tertinggal pelajaran.

Padahal, pada 2019 lalu, pemerintah telah meresmikan proyek Palapa ring yang digadang - gadang menjadi proyek tol langit yang akan mempersatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke melalui akses internet.

Namun, kini setelah pembelajaran dilakukan melalui system daring. Keefektifan Palapa ring atau tol langit tersebut layak untuk dipertanyakan kembali. apakah benar daerah 3T yang selama ini tertinggal perkara sarana internet dan komunikasi benar-benar telah teratasi?

Kini, kita menuju ke jenjang pendidikan dasar, beberapa waktu lalu saya sempat melakukan pembicaraan melalui telefon dengan salah seorang teman saya yang bekerja sebagai guru sekolah dasar di salah satu SD Islam di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, Dia bercerita bahwa banyak sekali problem yang harus dia hadapi selama belajar di rumah yang sudah sekitar dua bulan dia jalani belakangan ini. Bahkan, Ketika saya mendengar ceritanya, banyak sekali masalah yang ternyata lebih pelik ketimbang permasalahan yang harus dihadapi. Misal, mahasiswa atau murid SMA dan sederajat, mengapa? Ada banyak factor, diantarnaya adalah soal wali murid atau orang tua siswa.

Teman saya mengajar kelas 3 (tiga) sekolah dasar, yang rata-rata usia muridnya adalah masih 9 (Sembilan) tahun yang tentu saja mereka belum paham sepenuhnya tentang bagaimana proses belajar dari rumah.

Jika soal menggunakan smartphone, mungkin mereka sudah mulai bisa menggunakannya. tapi, tentu kebanyakan adalah untuk bermain game. Disnilah peran dari orang tua siswa untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran bagi anaknya. serta dalam proses pembentukan karakter bagi buah hati tersayang mereka.

Sementara, di sekolah tempat teman saya mengajar kebanyakan orang tua, khususnya para ibu bekerja sebagai suster, Bidan maupun pekerjaan lain yang tak banyak bisa ikut aktif mengajar sang anak karena jam kerja mereka yang kadang tak menentu. apalagi dimasa pandemi seperti ini. Sementara para ayah ada yang bekerja sebagai Polri atau TNI yang jarang pulang ke rumah karena harus ikut mengamankan keadaan masyarakat agar mereka tetap aman ketika berada di rumah.

Lalu, bagaimana anak tersebut mengikuti pelajaran? Tentu dengan segala keterbatan waktu dan sarana mereka mencoba untuk memaksimalkan hasilnya,. sementara, banyak orang tua yang secara terpaksa untuk tidak ikut campur dengan urusan belajar anaknya. bahkan, untuk bertanya sampai mana proses mereka belajar, apakah ada kesulitan dalam mengerjakan tugas atau pertanyaan lain yang tentu bisa meningkatkan keterikatan orang tua dan murid selama belajar dari rumah selama ini. Serta, bagaimana dengan keadaan keluarga yang kurang mampu? Tentu keadaan akan bertambah pelik, karena banyak keluarga yang kurang mampu dan jangankan laptop atau computer, smartphone pun mereka belum memilikinya.

Pemerintah pusat lalu mencoba mengeluarkan sebuah program di TVRI, dengan judul Belajar Dari rumah yang dimaksudkan agar para siswa dapat belajar tanpa harus menggunakan smartphone dan cukup dengan menonton televisi. Tentu, ouput dari program tersebut tidak bisa efektif sepenuhnya, sebagaimana yang kita tahu, Anak-anak sulit untuk fokus, apalagi kepada hal tidak begitu mereka sukai. Dalam hal ini adalah pelajaran. Usaha yang patut diapresiasi dari pemerintah, namun, bukankah semestinya harus ada solusi lain untuk segala problematika yang terjadi dalam dunia pendidikan dimasa pandemic ini? Bukan hanya memberikan solusi yang ternyata tak begitu efektif dan tak dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.

Setelah melewati Idul Fitri tahun ini, tahun ajaran baru akan segera dimulai, Pemerintah pusat melalui Dinas pendidikan sudah seharusnya memikirkan tentang bagaimana nasib pendidikan kita kedepannya. Permasalahan yang selama ini dialami saat proses belajar dari rumah harus menjadi pembelajaran juga bagi pemerintah, bagaimana mereka seharusnya sudah menyiapkan segala infrastruktur di seluruh negeri. mulai dari kota hingga ke pedesaan. agar tak terjadi lagi bertambah jomplangnya jarak yang membentang antara pendidikan di kota dan pedesaan yang tertinggal. Bagi orang tua murid juga semestinya harus lebih aktif ikut dalam pembelajaran anaknya di rumah. karena, selain hal tersebut membantu anak  - anak mereka yang sedang kesulitan mengerjakan tugas,hal tersebut juga membantu merekatkan kembali hubungan orang tua dan anak yang mungkin selama pandemic jarang bertemu karena kesibukan masing-masing.

Setiap dari kita bisa memiliki peranan untuk menjaga agar pendidikan kita tak jatuh dan tersungkur. setiap bagian dari masyarakat memiliki peranan yang sama. agar pendidikan di negara ini mampu melesat lebih baik lagi. Alih-alih menukik menurun tajam. Tak ada alasan bagi kita untuk menkambing hitamkan covid-19 sebagai biang buruknya kualitas pendidikan kita belakangan ini karena pilihannya bukanlah ilmu atau kesehatan, melainkan kita bisa mendapatkan keduanya sekaligus jika kita semua bersinergi bersama.

BIODATA PENULIS

NAMA : Bagus Dwi Kurniawan

TEMPAT TANGGAL LAHIR: BLITAR TANGGAL  LAHIR : 27 MEI 1999

ALAMAT : DS PAGERWOJO KEC KESAMBEN KAB BLITAR JAWA TIMUR

NO HP: 081334858620

E-MAIL : bagusdwikur12@gmail.com

PEKERJAAN : MAHASISWA FISIP SOSIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG