Prilaku Masyarakat Local Knowledge Di Sape, Bima Dalam Menghadapi Covid-19

Prilaku Masyarakat Local Knowledge Di Sape, Bima  Dalam Menghadapi Covid-19 Foto penulis : Syamsudin

Perilaku masyarakat local Knowledge Di Sape, Bima dalam menghadapi covid -19

Oleh: Syamsudin

Covid-19, merupakan virus yang sangat berbahaya bagi manusia, dan hewan. Karena virus yang baru ini dapat menyerang dengan cepat, dan bisa menular.

Adapun gejala awal dari virus ini yang paling umum adalah, demam akibat rasa lelah atau batuk kering. Local knowledge merupakan sistem pengetahuan lokal yang sering di sebut juga dengan indigenous knowledge.

Konsep - konsep mengenai segala sesuatu gejala yang dilihat, dirasakan, dialami, ataupun pola dan cara berfikir suatu kelompok masyarakat Sape yang merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Bima, provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di daerah pesisir dan masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.

Munculnya covid-19 menghambat aktivitas masyarakat di Sape. Akibat terkena gejala covid -19, satu warga yakni, masyarakat Desa Sangia yang terdampak gejala corona sehingga masyarakat merasa ketakutan, dan melakukan langkah antisipasi terhadap penyebaran virus ini.

Kebijakan pemerintah dan pengetahuan local knowledge berjalan beriringan dalam menghadapi covid-19.

Pemerintah memberikan peraturan perlindungan kepada masyarakat, dan sebaliknya, masyarakat juga mentaati peraturan yang di buat pemerintah, dalam menghadapi covid -19 ini dengan pengetahuan localnya.

Doa Dana juga dipanjatkan sebagai wujud rasa syukur demi keselamatan masyarakat supaya tanah subur dan tidak di serang penyakit atau bala dan aura negatif.

Doa Dana merupakan budaya Sape yang di percaya sebagai keselamatan, dan kesyukuran dengan memohon perlindungan dan permohonanan kepada Tuhan supaya di berikan limpahan rahmat dan perlindungan saat menghadapi covid -19.

Agar di jauhkan dengan virus yang mematikan ini, masyarakat melakukan doa dana ini yang di persembahkan dalam kegiatan di tempat yang luas dan seperti, di sawah dengan waktu setelah sholat Asyar dan diikuti oleh orang tua, anak - anak dan remaja yang duduk berbaris. Mereka bersama mendoakan keselamatan dan meminta perlindungan kepada yang maha kuasa.

Acara ini juga disertai dengan beragam makanan yang terkumpul. Makanan mulai dari beragam makanan ringan (snack, mie dll). Setelah memanjatkan doa syukur, baru makanan dimasukkan ke dalam ember yang besar dan kemudian di bawalari oleh orang yang akan di kejar oleh anak untuk mendapatkan makanan itu.

Hal ini di percaya bahwa, sejauh mana yang di bawa oleh orang itu, sejauh itulah syukuran atau keselamatan tanah yang di percaya di jauhi oleh penyakit dan perlindungan dari Tuhan.

Dari persembahan doa dana yang lalu, memang syukuran ini sering di lakukan untuk mendapatkan apa yang di harapkan oleh masyarkat. Karena dari kepercayaan inilah mereka mempelajari bahwa, segala yang di ciptakan oleh Tuhan maka, hanya dialah yang bisa mewujudkan itu semua.

Ini merupakan suatu kepercayaan yang merupakan bagian dari budaya. walaupun di uji dengan ilmu biologi atau sains tidak bisa melihat kebenarnya, tapi, kita tidak bisa lupa dasar siapa yang menciptakan itu semua yang berupa alam sejagat bersama semua isinya ini.

Perspektif masyarakat Sape dalam penanganan covid -19 yaitu, doa dana dengan memohon perlindungan dari Tuhan yang maha kuasa dan mentaati peraturan pemerintah sebagai upaya dalam menagani covid-19.

Dengan pelaksanaan budaya doa dana ini memberikan efek kepada masyarakat dalam menghadapi covid- 19 dengan harapan bisa mendapatkan keselamatan dan pelindungan yang akan dirasakan oleh masyarakat agar terbebas dari corona.

Biodata penulis:

Nama : syamsudin

mahasiswa :umm prodi :sosiologi fisip umm

email :syamsibrahi